Jumat, 22 Agustus 2008

Malaikat itu bernama Ibu


Kenanglah … Ibu yang selalu menyayangimu

Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kau pergi .....

Ingatkah engkau …

ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi ingin melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu ..?

Ingatkah engkau …

ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu ? …

Dan ingatkah engkau ketika air mata suci itu menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit ?

Sesekali jenguklah ibumu

yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan

Kembalilah memohon maaf pada ibumu

yang selalu rindu akan senyumanmu

Simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi

yang selalu membuatmu lupa untuk pulang

Segeralah jangan tunda …

jenguk ibumu yang berdiri menantimu di depan pintu bahkan sampai malam kian larut.

Jangan biarkan engkau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan ketika IBU TELAH TIADA ……

Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambutmu

Tak ada lagi senyuman indah mempesona ... tanda bahagia

Yang ada hanyalah …

kamar yang kosong tiada penghuninya

Yang ada hanyalah …

baju yang digantung di lemari kamarnya

Tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untukmu,

tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika engkau sakit...

Tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata mendo'akanmu di setiap hembusan nafasnya

Kembalilah segera ….. peluklah ibu yang selalu menyayangimu

Ciumlah kaki ibu yang tlah lemah dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya

Kawan berdo'alah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan hangat cinta serta kasih sayangnya

Jangan sampai engkau menyesal seumur hidupmu …

kembalilah … kembalilah …… pada ibu yang selalu menyayangimu

Kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya yang begitu tulus

Ibu …………………….. maafkan aku

Karena … sampai kapanpun jasamu tak akan terbalas

Tidak ada komentar: