Sabtu, 25 Oktober 2008

salam dari ana



Ketika sebuah cahaya hidayah hadir, ana berharap agar cahaya ini terus menerus ada dalam relung qalbu terdalam. Berharap agar setiap kata yang dilihat, setiap apa yang ditulis, setiap apa yang dirasakan dari ruang ini, mampu memberi hikmah dalam mengarungi perjalanan hidup yang penuh dengan rahasia Indah dari Alloh.


Jadi..jangan ragu untuk menulis. Karena setiap kita akan pergi, dan disaat kita pergi, tinggalkan pesan-pesan berharga untuk orang-orang yang kita cintai.


Semoga Alloh ridhoi, apa-apa yang kita niatkan.. Mohon maaf, jika kelak, ana akan sangat jarang sekali memposting di blog ini. Bukan muncul keengganan, insyaAlloh, dimanapun ana berada, tuts-tuts ini tetap menghentak, untuk mewakili setiap rasa yang muncul dalam kehidupan ana. Adalah koneksi ana di dunia maya, kini mulai dibatasi, (“,), tapi jangan khawatir...jika muncul sebuah kesempatan, akan ana posting, tiap kata yang memang telah ana siapkan untuk dibagi dengan kalian semua.



Salam ukhuwah…


Ukhtukum fillah


Nia Al Akhfiya'

Kata

Ahad, 19 Oktober 2008


Sebuah kata yang tersusun dalam rangkaian kalimat, mungkin senantiasa kita luncurkan setiap harinya dalam kehidupan kita. Entah itu, kata-kata hikmah, candaan, teguran, atau bahkan mungkin cacian bahkan makian.


Kata. Sungguh jika ia bisa bicara, tentu ia ingin agar setiap ekstase yang dihasilkan dari tiap sumbangannya, adalah menjadi sebuah kalimat yang penuh dengan makna. Pun jika ia tak sepenuhnya bemakna, tapi sudah tentu, ia ingin agar jangan sampai, sumbangsihnya dalam susunan kalimat, tak menjadikan telinga orang-orang yang mendengarnya menjadi enggan, muak atau bahkan sampai pada proses kemarahan yang sangat.


Adalah kata, ia hanya merupakan hanya sebuah alat, hanyalah sebuah sarana untuk menyampaikan apa yang kita rasa, apa yang kita inginkan dan harapkan dari orang yang mendengarnya. Maka kita lah penentunya, kitalah yang bisa menggunakan, mengarahkan, akan dibawa kemana kata-kata itu akan diluncurkan. Ke sebuah lembah yang berujung kebahagiaan bagi orang lain, atau berakhir pada kebencian yang tersulut tanpa bisa dipadamkan bara kemarahannya.


Wallohu a’lam


(sebuah catatan ketika ada di kursi MGI bandung-Depok,)

saat supir MGI sedang beradu mulut dgn supir angkot Depok