Ahad, 19 Oktober 2008
Sebuah kata yang tersusun dalam rangkaian kalimat, mungkin senantiasa kita luncurkan setiap harinya dalam kehidupan kita. Entah itu, kata-kata hikmah, candaan, teguran, atau bahkan mungkin cacian bahkan makian.
Kata. Sungguh jika ia bisa bicara, tentu ia ingin agar setiap ekstase yang dihasilkan dari tiap sumbangannya, adalah menjadi sebuah kalimat yang penuh dengan makna. Pun jika ia tak sepenuhnya bemakna, tapi sudah tentu, ia ingin agar jangan sampai, sumbangsihnya dalam susunan kalimat, tak menjadikan telinga orang-orang yang mendengarnya menjadi enggan, muak atau bahkan sampai pada proses kemarahan yang sangat.
Adalah kata, ia hanya merupakan hanya sebuah alat, hanyalah sebuah sarana untuk menyampaikan apa yang kita rasa, apa yang kita inginkan dan harapkan dari orang yang mendengarnya. Maka kita lah penentunya, kitalah yang bisa menggunakan, mengarahkan, akan dibawa kemana kata-kata itu akan diluncurkan. Ke sebuah lembah yang berujung kebahagiaan bagi orang lain, atau berakhir pada kebencian yang tersulut tanpa bisa dipadamkan bara kemarahannya.
Wallohu a’lam
(sebuah catatan ketika ada di kursi MGI bandung-Depok,)
saat supir MGI sedang beradu mulut dgn supir angkot Depok
2 komentar:
mbak Nia ana mau copas artikel di atas ya?...
mangga pak ibnu..
Posting Komentar